, , ,

Metode Blended Learning di Sekolah Desa: Inovasi Praktis

oleh -36 Dilihat
oleh
blended learning
blended learning
banner 468x60

Kesenjangan dan Peluang

Di banyak sekolah desa, sarana TIK dan akses internet masih sangat terbatas sehingga model pembelajaran konvensional acapkali terhenti saat kondisi darurat seperti pandemi. Oleh karena itu, blended learning muncul sebagai solusi yang mengombinasikan kelebihan pembelajaran tatap muka dan daring untuk menjembatani kesenjangan tersebut. Selain itu, Peraturan Mendikbud RI Nomor 24 Tahun 2012 mendukung penggunaan metode jarak jauh, termasuk blended learning, dalam upaya penyediaan pendidikan berkualitas hingga ke pelosok.

Konsep Dasar Blended Learning

Pada intinya, blended learning mengintegrasikan tiga pilar utama: tatap muka, daring sinkron (real time), serta daring asinkron (mandiri). Dengan demikian, guru beralih dari sekadar penyampai materi menjadi fasilitator yang memandu siswa mengeksplorasi konten digital secara mandiri. Selain itu, model ini dapat menyesuaikan kecepatan belajar siswa, karena materi daring dapat diakses berulang kali kapan saja.

banner 336x280

Kebijakan dan Kerangka Pendukung

Selanjutnya, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah mendorong alokasi anggaran untuk pengadaan perangkat dan pelatihan literasi digital guru di daerah tertinggal. Selain itu, program hotspot komunitas dikelola oleh desa dan dinas pendidikan setempat untuk menjamin konektivitas minimal bagi sekolah desa. Dengan demikian, kerangka kebijakan dan dukungan infrastruktur menjadi pra-syarat penting implementasi blended learning.

Studi Kasus Desa Waimital

Di SDN Desa Waimital, blended learning diterapkan dengan format dua hari tatap muka dan tiga hari modul offline berbasis USB yang berisi video pembelajaran serta latihan soal. Kemudian, ketika jaringan memungkinkan, guru mengadakan sesi diskusi daring via aplikasi pesan singkat untuk memantau pemahaman siswa. Hasilnya, skor rata-rata ujian meningkat 15% dibanding semester sebelumnya. Selain itu, tingkat kehadiran naik karena fleksibilitas waktu belajar.

Studi Kasus Madrasah Banyuwangi

Di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 3 Banyuwangi, guru memanfaatkan WhatsApp dan Google Classroom untuk distribusi materi dan kuis mingguan. Selanjutnya, pertemuan tatap muka dilakukan pukul sepuluh pagi sehingga siswa tidak terganggu jadwal kerja orang tua. Sebagai hasilnya, 85% siswa melaporkan kemudahan akses materi meski tinggal di daerah dengan sinyal tidak stabil.

Tantangan Teknis dan Non-Teknis

Namun demikian, banyak sekolah desa masih menghadapi kendala listrik padam dan jaringan yang drop secara tiba-tiba, sehingga sesi daring sering terputus. Selain itu, kompetensi TIK guru belum merata; beberapa guru memerlukan pelatihan intensif dalam pembuatan konten multimedia. Lebih jauh lagi, resistensi budaya terhadap metode baru menyebabkan sebagian orang tua ragu akan efektivitas blended learning di desa.

Solusi dan Mitigasi

Untuk mengatasi masalah infrastruktur, beberapa desa telah menyediakan genset portabel dan ruang hotspot di balai desa yang dikelola bergilir oleh masyarakat. Selain itu, Dinas Pendidikan rutin menggelar workshop literasi digital bagi guru dengan fokus pembuatan video pembelajaran sederhana. Di sisi lain, sosialisasi kepada orang tua melalui pertemuan warga meningkatkan kepercayaan komunitas terhadap model ini.

Rekomendasi Strategis

Agar blended learning di sekolah desa berkelanjutan, perlu dipertimbangkan langkah-langkah sebagai berikut:

  1. Penyusunan roadmap digitalisasi desa yang melibatkan pemerintah desa, Dinas Pendidikan, dan pihak swasta.

  2. Penganggaran khusus untuk pembelian perangkat TIK dan penyediaan internet di sekolah.

  3. Pelatihan berjenjang bagi guru mengenai desain instruksional digital.

  4. Pembuatan konten lokal yang relevan dengan kearifan desa dan mata pelajaran inti.

  5. Monitoring dan evaluasi berkala untuk melihat dampak belajar dan perbaikan berkelanjutan.

Kesimpulan

Secara keseluruhan, blended learning telah terbukti menjadi inovasi praktis untuk meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah desa Indonesia, terutama di era disrupsi dan ketidakpastian. Dengan kombinasi tatap muka dan sumber daya daring yang dapat diakses mandiri, metode ini mampu mengatasi keterbatasan infrastruktur dan mengembangkan kompetensi literasi digital siswa. Oleh karena itu, kolaborasi lintas sektor dan komitmen berkelanjutan sangat diperlukan untuk mewujudkan visi pendidikan merata di seluruh pelosok negeri.

Gaya Hidup : Gaya Hidup Sederhana, Solusi Stres Warga Kota 2025

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.