Lebih Baik Salah Tapi Bergerak, daripada Diam karena Takut

oleh -9 Dilihat
oleh
lebih baik salah tapi bergerak
banner 468x60

Ada satu hal yang lebih menyakitkan daripada kegagalan: penyesalan karena tidak pernah mencoba.

Banyak dari kita terjebak dalam perangkap bernama ketakutan—takut gagal, takut ditolak, takut dinilai. Akibatnya? Kita diam. Kita menunda. Kita berpikir tanpa akhir. Padahal, dalam dunia nyata, bergerak itu jauh lebih kuat daripada hanya memikirkan apa yang bisa terjadi.

banner 336x280

Ketakutan yang Membuat Diam

Kita hidup di era overthinking—di mana banyak orang lebih sering memutar skenario kegagalan di kepala, daripada membayangkan hasil yang mungkin terjadi jika mereka mencoba. Takut salah sering jadi alasan utama kita untuk tidak melangkah.

Namun, ironisnya, diam bukanlah perlindungan. Ia adalah penjara.

Ketika kita memilih untuk tidak bertindak karena takut salah, kita kehilangan dua hal sekaligus: kesempatan belajar, dan kemungkinan berhasil.

Bergerak, Meski Belum Sempurna

“Kalau belum yakin, jangan dulu mulai.”
Kalimat ini sering terdengar bijak, tapi bisa menjadi jebakan perfeksionisme yang membunuh potensi kita.

Padahal, banyak hal dalam hidup tidak menunggu kesiapan.
Kita tidak akan pernah merasa 100% siap. Tetapi ketika kita mulai bergerak, bahkan dengan langkah kecil yang ragu-ragu, kita mulai belajar.

“Langkah yang salah tapi bergerak, seringkali lebih mendekatkan kita ke arah yang benar daripada hanya diam menunggu arah pasti.”

Kesalahan adalah bagian dari pertumbuhan. Tidak ada proses belajar tanpa salah. Bahkan para ahli sekalipun dulunya pernah keliru. Yang membedakan mereka dengan yang diam adalah keberanian untuk mencoba dan terus memperbaiki.

Belajar Lewat Jalan yang Salah

Banyak tokoh inspiratif membuktikan bahwa langkah yang salah seringkali justru membawa mereka ke tempat yang benar:

  • Thomas Edison gagal ribuan kali sebelum berhasil menciptakan bola lampu. Ketika ditanya soal kegagalannya, ia menjawab, “Saya tidak gagal. Saya hanya menemukan 10.000 cara yang tidak berhasil.”
  • J.K. Rowling ditolak oleh belasan penerbit sebelum akhirnya naskah Harry Potter diterima dan menjadi fenomena dunia.

Apa yang bisa kita pelajari? Mereka tidak menunggu sampai semuanya sempurna. Mereka melangkah dengan risiko salah, dan itu yang mengantar mereka ke keberhasilan.

Diam: Musuh Kemajuan

Ketika kita diam karena takut, waktu tetap berjalan. Dunia tetap berubah. Dan sering kali, kita hanya bisa menyaksikan orang lain berhasil, lalu berkata dalam hati, “Seandainya dulu aku berani mencoba.”

Diam membuat kita stagnan, dan stagnasi lama-lama bisa berubah menjadi frustrasi, bahkan kehilangan arah. Padahal kita tidak perlu langkah besar—kita hanya perlu bergerak. Sedikit. Konsisten. Dan terus belajar dari prosesnya.

Aksi Kecil, Dampak Besar

  • Mulai menulis meskipun tulisanmu belum sempurna.
  • Coba lamar pekerjaan meski kamu merasa belum sepenuhnya layak.
  • Kirim ide proyek ke atasan meskipun masih ada keraguan.
  • Mulai usaha kecil dari rumah meski modalnya belum banyak.

Setiap aksi kecil itu bisa menjadi pintu menuju peluang besar.

Tak Harus Berani, Tapi Harus Mau

Banyak orang berpikir mereka harus jadi pemberani dulu baru bisa melangkah. Padahal kebenarannya justru sebaliknya: dengan melangkahlah, keberanian itu tumbuh.

Keberanian bukan bawaan lahir. Ia dibentuk dari kebiasaan melawan rasa takut.

Kesimpulan: Diam Boleh, Tapi Jangan Terlalu Lama

Kita semua pernah ragu, itu manusiawi. Tapi jangan biarkan keraguan jadi rumah. Jadikan ia hanya tempat singgah sebelum kamu melangkah lagi.

Lebih baik salah tapi bergerak, karena dari kesalahan itu akan lahir pelajaran. Sedangkan dari diam, hanya ada khayalan dan penyesalan.

Mulailah. Sekarang juga. Karena hidup tak menunggu siapa yang paling sempurna, tapi siapa yang berani mencoba.

Baca juga Artikel lainnya Hindari Boros Saat Ekonomi Sulit

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.