Konservasi mangrove memainkan peran krusial dalam melindungi habitat satwa pesisir langka dan mendukung ketahanan ekonomi lokal. Saat ini, hanya tersisa sekitar 147.000 km² hutan mangrove di dunia, dengan laju kehilangan rata‑rata 21.200 ha per tahun pada dekade terakhir. Sekitar 50 % ekosistem mangrove dinyatakan berisiko runtuh oleh IUCN, terutama di wilayah Asia Tenggara, Pasifik, dan Hindia Selatan. Dengan hampir 80 % tangkapan ikan global bergantung langsung atau tidak langsung pada mangrove, upaya restorasi terbukti meningkatkan ketahanan pangan dan pendapatan masyarakat pesisir IUCN. Artikel ini mengulas kondisi terkini, ancaman, spesies terancam, inisiatif sukses, hingga rekomendasi kebijakan guna memperkuat konservasi mangrove.
Kondisi Global Hutan Mangrove
Secara keseluruhan, luas mangrove dunia mencapai sekitar 147.000 km²—setara wilayah Bangladesh. Namun sayangnya, antara 1990 dan 2020, mangrove menyusut sebesar 1,04 juta hektare, meski laju kerusakan menurun drastis dari 46.700 ha per tahun menjadi 21.200 ha per tahun. Lebih dari 40 % cadangan mangrove global terkonsentrasi di empat negara: Indonesia (19 %), Brasil (9 %), Nigeria (7 %), dan Meksiko (6 %). Fakta ini menunjukkan perlunya tindakan terfokus di kawasan prioritas.
Ancaman Utama terhadap Mangrove
Mangrove menghadapi beragam tekanan, antara lain konversi lahan untuk tambak udang dan pertanian, pembangunan pesisir, serta perubahan iklim seperti kenaikan muka air laut dan badai lebih sering ELAW. Pencemaran industri dan limbah domestik juga mengganggu kesehatan akar napas mangrove. Ironisnya, hanya 6,9 % mangrove dunia yang berada dalam kawasan lindung, memperlihatkan celah besar dalam perlindungan formal.
Satwa Pesisir Langka yang Terancam
Banyak spesies pesisir bergantung pada hutan mangrove sebagai tempat bertelur, makan, dan berlindung. Misalnya, bebek Madagascar Teal (Anas bernieri) hanya tinggal 1.500–2.500 individu di dunia dan bergantung pada mangrove sebagai habitat reproduksi. Selain itu, berbagai mamalia, reptil, dan ikan terancam oleh hilangnya mangrove, termasuk sejumlah mangrove sendiri—tiga spesies seperti Bruguiera hainesii kini terdaftar Kritis di IUCN. Kehilangan habitat ini memicu penurunan keanekaragaman hayati pesisir secara drastis.
Upaya Konservasi dan Restorasi Berhasil
Sejak 2015, program restorasi di Demak, Jawa Tengah, berhasil menanam kembali 120 ha mangrove dan menerapkan teknik budidaya tambak berkelanjutan seluas 300 ha, memberdayakan lebih dari 70.000 penduduk lokal. Di Indonesia, inisiatif “Mangrove One Map” memetakan distribusi dan kualitas mangrove secara nasional, memfasilitasi perencanaan restorasi yang lebih efektif. Sementara itu, di Benin, sacralisasi kawasan mangrove oleh tradisi Voodoo melindungi hutan dari perburuan dan penebangan, memperlihatkan kombinasi budaya dan sains dalam konservasi.
Peran Komunitas Lokal
Komunitas pesisir menjadi ujung tombak konservasi mangrove. Dengan pelibatan warga, proyek restorasi tidak hanya menanam bibit, tetapi juga membangun usaha ekonomi alternatif, seperti ekowisata, budidaya ikan ramah lingkungan, dan kerajinan berbahan bambu. Keterlibatan aktif mendorong rasa kepemilikan (“ownership”), menurunkan tingkat kerusakan ulang, serta meningkatkan pengetahuan tentang pentingnya mangrove untuk mitigasi bencana.
Manfaat Ekosistem Mangrove
Mangrove menawarkan beragam jasa ekosistem: proteksi garis pantai dari erosi dan badai, habitat pemijahan ikan yang mendukung 80 % tangkapan laut dunia, penyimpanan karbon hingga tiga kali lipat hutan tropis, serta penyediaan kayu bakar dan obat tradisional. Nilai ekonomi gabungan jasa ini diperkirakan mencapai miliaran dolar setiap tahunnya, meski seringkali tidak tercermin dalam perhitungan ekonomi konvensional.
Rekomendasi Kebijakan
Pemerintah perlu memperkuat kerangka regulasi dengan:
- Meningkatkan Kawasan Lindung hingga minimal 20 % wilayah mangrove global.
- Insentif Ekonomi bagi petani tambak dan perusahaan yang menerapkan praktik ramah mangrove.
- Integrasi Tata Ruang pesisir dan darat untuk mencegah konversi lahan berimbas pada mangrove.
- Dukungan Penelitian dan pemantauan berkala menggunakan Global Mangrove Watch agar data restorasi dan degradasi real‑time dapat diakses publik.
Kesimpulan
Konservasi mangrove bukan sekadar melestarikan pohon pantai, tetapi juga menjaga kelangsungan hidup satwa pesisir langka dan ketahanan sosial‑ekonomi masyarakat pesisir. Dengan kolaborasi antara pemerintah, ilmuwan, swasta, dan komunitas lokal, kita dapat memulihkan ekosistem mangrove untuk generasi kini dan mendatang. Pelestarian mangrove adalah investasi berkelanjutan untuk planet yang lebih tangguh.