Jejak Kerajaan Sriwijaya: Temuan Arkeologi Terbaru Unik

oleh -67 Dilihat
oleh
jejak kerajaan sriwijaya
jejak kerajaan sriwijaya
banner 468x60

Sebuah gelombang baru penemuan arkeologi telah menghidupkan kembali jejak Kerajaan Sriwijaya di tanah Melayu kuno, dari temuan prasasti Talang Tuwo yang berusia lebih dari 1.300 tahun hingga artefak emas di wilayah Ogan Komering Ilir. Selain itu, ekskavasi terbaru di kawasan Cagar Budaya Muaro Jambi mengungkapkan bukti pemukiman dan aktivitas Buddha yang jauh lebih awal dari perkiraan sebelumnya. Dengan berbagai metode modern, mulai dari LiDAR hingga analisis karbon residu, para arkeolog kini mampu menelusuri jejak maritim dan religius Sriwijaya dengan presisi yang tak pernah terbayangkan sebelumnya.

Latar Belakang Sejarah

Sriwijaya, yang mencapai puncak kejayaan antara abad ke-7 hingga ke-13 Masehi, dikenal luas sebagai kekuatan maritim yang menguasai jalur perdagangan Selat Malaka dan Samudera Hindia. Jejak kerajaan ini tersebar dari Palembang, Muaro Jambi, hingga pantai timur Sumatra, membuktikan jaringan pelabuhan dan pusat pendidikan agama Buddha. Meskipun demikian, hingga dekade terakhir, banyak aspek kehidupan dan struktur kota Sriwijaya yang masih misterius karena minimnya situs berpenghuni yang teridentifikasi secara arkeologi.

banner 336x280

Prasasti Talang Tuwo dan Jejak Awal

Pertama-tama, penemuan prasasti Talang Tuwo yang bertanggal 23 Maret 684 Masehi di Taman Sriksetra, Palembang, memberikan bukti otentik perintah pendirian taman oleh penguasa Sriwijaya. Selain itu, prasasti ini menjadi dasar pemahaman awal tentang kebijakan lingkungan dan sosial Sriwijaya, menunjukkan keberadaan taman rekreasi dan saluran air yang hingga kini sebagian masih terdeteksi dalam penggalian.

Ekskavasi Muaro Jambi—Temuan Terbaru

Selanjutnya, ekskavasi di Kompleks Cagar Budaya Muaro Jambi selama periode 2021–2023 mengungkapkan perkembangan situs yang jauh lebih awal dari prediksi semula, yakni sejak abad ke-3 Masehi. Hasil penelitian karbon residu menunjukkan aktivitas pemukiman dan kuil Buddha terjadi sebelum Sriwijaya mencapai puncak kekuasaan, sehingga kawasan ini kemungkinan menjadi cikal bakal pusat peradaban Melayu maritim. Selain itu, struktur stupa dan fondasi kayu berhasil dipulihkan, memberikan gambaran arsitektur asli yang lebih akurat.

LiDAR dan Metode Modern

Kemudian, teknologi LiDAR (Light Detection and Ranging) mulai digunakan untuk memetakan kontur tanah di sekitar Muaro Jambi, membongkar ribuan hektar hutan tanpa perlu pembabatan massif. Dengan cara ini, sistem parit, kolam, dan jalan kuno yang dahulu berfungsi sebagai jalur pelayaran dan irigasi dapat diidentifikasi, meneguhkan peran Muaro Jambi sebagai pusat pembelajaran Buddha sekaligus pelabuhan strategis.

Penemuan Artefak Emas di Ogan Komering Ilir

Selain situs Muaro Jambi, Balai Arkeologi Sumatera Selatan menemukan artefak emas di daerah Cengal, Ogan Komering Ilir, pada Oktober 2019. Meski sempat menimbulkan kontroversi mengenai klaim “harta karun Sriwijaya”, tim arkeolog memastikan bahwa emas dan manik-manik yang ditemui memiliki ciri teknik pembuatan serta pola perdagangan yang konsisten dengan periode Sriwijaya detiknews. Namun demikian, para peneliti mengimbau masyarakat agar tidak melakukan ekskavasi liar, karena keseluruhan konteks arkeologi dapat rusak.

Kompleks Candi Muara Jambi—Warisan Dunia

Selanjutnya, pemerintah gencar merancang pengusulan Muaro Jambi sebagai situs Warisan Dunia UNESCO pada 2025, didukung oleh temuan-temuan baru dan revitalisasi infrastruktur. Dalam fase revitalisasi, empat candi utama—Kotomahligai, Kedaton, Gumpung, dan Sialang—telah dipugar, sedangkan reruntuhan lainnya dipetakan untuk konservasi jangka panjang. Selain itu, museum di kawasan ini segera diresmikan, menampilkan arca, makara, dan lempeng bertuliskan aksara kuno sebagai bukti otentik kejayaan Sriwijaya.

Rangkaian Festival dan Penelitian Internasional

Kemudian, Borobudur Writers & Cultural Festival (BWCF) 2024 yang digelar di Muaro Jambi menjadi ajang pertukaran ilmiah, menghadirkan pakar arkeologi, epigrafi, dan sejarah dari berbagai negara. Melalui simposium ini, hubungan antara pusat pembelajaran Nalanda di India dan Muaro Jambi dibahas ulang, mengungkap jaringan intelektual yang melintas benua.

Peninggalan Prasasti dan Arca

Di samping itu, sejumlah prasasti penting seperti Kedukan Bukit, Telaga Batu, dan Kota Kapur turut menambah kedalaman studi historis Sriwijaya. Selain prasasti, arca-arca Buddha dan Hindu ditemukan di Bukit Siguntang dan Sarangwati, menguatkan bukti bahwa Sriwijaya merupakan kerangka multireligius dengan dominasi aliran Mahayana Tantrayana.

Tantangan dan Pelestarian

Meskipun demikian, tantangan besar masih membayangi, terutama risiko rusaknya situs oleh aktivitas illegal digging dan kebakaran hutan tahunan. Oleh karena itu, kolaborasi antara Balai Arkeologi, pemerintah daerah, serta masyarakat lokal sangat krusial untuk menjaga kelestarian situs dan memastikan penelitian berkelanjutan tanpa merusak konteks asli artefak.

Prospek Masa Depan

Akhirnya, dengan deretan temuan arkeologi terbaru—dari prasasti Talang Tuwo hingga artefak emas Cengal—jejak Kerajaan Sriwijaya kini semakin utuh dan terhubung. Selain itu, rencana pengusulan UNESCO dan pengembangan museum cagar budaya akan membuka peluang pariwisata edukatif yang berkelanjutan. Dengan begitu, warisan maritim dan intelektual Sriwijaya tidak hanya menjadi kebanggaan nasional, tetapi juga sumbangsih besar bagi pemahaman sejarah Asia Tenggara.

Alam dan Lingkungan : Urbanisasi dan Kota Ramah Lingkungan Masa Depan

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.